Peran seorang pendidik bukan hanya untuk mengajar, memberikan pengetahuan atau memastikan bahwa siswa memahami apa yang diajarkan. Tugas seorang pendidik baik guru maupun tutor sebenarnya lebih luas lagi. Salah satu hal terpenting adalah mendeteksi kecacatan yang dihadapi siswa yang terkadang diabaikan oleh orang tua siswa itu sendiri. Hal ini menyebabkan seorang pendidik perlu memiliki sedikit banyak pengetahuan terkait dengan hal tersebut.
Bagi seorang pendidik yang peka terhadap perilaku anak didiknya akan lebih rasional dibandingkan dengan pendidik yang tidak peka terhadap perkembangan anak didiknya. Selalu ada siswa yang menghadapi masalah belajar di label sebagai siswa yang malas, tidak mendengarkan kata-kata, keras kepala dan sebagainya. Padahal mereka membutuhkan teknik belajar yang berbeda dengan siswa lainnya.
5 Contoh Masalah Belajar Siswa
Rincian secara spesifik di bawah ini merupakan uraian dari lima masalah belajar siswa yang cukup sulit diidentifikasi karena selalu dianggap biasa. Penulis tidak memaparkan tentang masalah belajar yang mudah dideteksi seperti cerebral palsy, down syndrome, keterlambatan bicara yang dapat dideteksi dengan mudah.
1. Masalah belajar siswa pertama yaitu Autisme
Autisme adalah keadaan di mana anak dibesarkan secara fisik normal tetapi mereka memiliki masalah komunikasi dan sosial. Hal ini disebabkan adanya gangguan saraf kompleks di otak mereka.
Tanda-tanda yang dapat dilihat dari anak autis adalah mereka sulit berteman dengan anak lain, suka berada di dunianya sendiri, perilakunya terbatas tidak seperti anak-anak lain, mereka juga kesulitan memahami instruksi yang diberikan kepada mereka.
Ada juga perilaku signifikan mereka yang dapat kita amati yaitu mereka melakukan atau mengulangi perilaku atau percakapan yang sama berulang-ulang.
Autisme dapat dideteksi sejak usia 3 tahun. Namun, banyak anak austime yang tidak dapat dideteksi sedini mungkin sehingga menyebabkan mereka mengabaikan sistem pembelajaran yang tidak sesuai dengan mereka.
Autisme juga memiliki beberapa tingkatan yang hanya dapat dideteksi oleh dokter spesialis terkait dan bahkan banyak anak autis yang dapat mengikuti proses belajar bersama anak normal. Banyak anak autis juga memiliki IQ yang lebih tinggi dari anak normal.
2. Deklesia
Declesia adalah masalah dalam membaca secara umum. Siswa yang menghadapi masalah ini sering dianggap siswa yang lamban karena mengalami kesulitan membaca, menulis dan berhitung. Mereka sebenarnya memiliki IQ yang sama atau lebih tinggi dari anak normal. Usia paling awal di mana disleksia dapat dideteksi adalah sedini 5 setengah tahun dan kadang-kadang turun ke tingkat dua sekolah.
Di antara tanda-tanda yang dapat dilihat oleh seorang guru adalah mereka kesulitan menangkap, melempar, dan menendang bola. Mereka sulit menentukan arah dengan benar, selalu berbelok ke kanan dan ke kiri. Tulisan mereka kurang rapi dan banyak huruf yang ditulis terbalik. Mereka tidak dapat menyalin dengan benar tulisan yang ada di papan tulis.
Masih banyak lagi tanda-tanda yang menunjukkan jika seorang anak mengalami declesia. Namun, jika ditemukan tingkat perkembangan anak yang terlambat dibandingkan dengan teman sebayanya, terutama dalam hal membaca dan kemudian menulis, orang tua atau guru dapat merujuk ke dokter terkait.
3. Gangguan Defisit Perhatian (ADD)
Menurut Seifert (1999), Attention Deficit Disorder (ADD) adalah masalah sulit untuk fokus dan mengendalikan dorongan diri. Anak-anak dengan ADD merasa sulit untuk memperhatikan dalam jangka panjang. Mereka merasa sulit untuk memahami instruksi yang diberikan kepada mereka.
Namun jika mereka melakukan sesuatu yang mereka minati mereka dapat memberikan sepenuh perhatian mereka.
Mereka sering tidak berpikir sebelum melakukan sesuatu. Ciri-ciri lain yang bisa kita lihat adalah anak tidak mengikuti instruksi guru, kesulitan mengatur tugas dan kegiatan, merasa ingin cepat menyelesaikan tugas, dan fokus mereka hanya terputus-putus.
Selain itu, anak yang tidak bisa fokus juga suka menghindar, tidak suka atau enggan mengerjakan tugas dan yang terpenting selalu kehilangan barang dan mudah melupakan sesuatu, termasuk melupakan tugas sekolah yang diberikan kepada mereka.
Ini karena ada gangguan pada saraf otak mereka yang membuat mereka sulit menerima informasi dalam bentuk yang tepat.
4. Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD)
Menurut Kasmini Kassim (1992), Attention Deficit Hyperactivity Disorder digunakan untuk menggambarkan perilaku anak yang tidak bisa duduk diam, kurang rentang perhatian, terlalu agresif, impulsif, gelisah, suka merusak properti, dan mudah teralihkan dari sesuatu. .hal. Selain itu, anak juga sering mengalami kesulitan bermain dan melakukan aktivitas santai dengan tenang.
Selain itu, anak selalu sibuk atau aktif bergerak dan selalu berbicara secara berlebihan atau berlebihan. Diantaranya selalu memberikan jawaban sebelum pertanyaan lengkap diajukan, bersikap tidak sabar atau mengalami masalah saat menunggu giliran dan sering menyela atau menyela pembicaraan atau kegiatan orang lain.
Selain itu, anak juga sering membuat penilaian yang salah dan rawan terjadi kecelakaan. Mereka juga menyukai ADD hanya bisa memperhatikan yang mereka minati dan terkadang berlebihan dalam melakukan hal yang mereka minati.
Hal ini dikarenakan adanya gangguan pada saraf otak yang menyebabkan mereka mengalami gejala yang disebutkan, faktor genetik dan juga faktor lingkungan.
Jika intervensi dini diberikan biasanya anak akan dapat menjalani kehidupan yang normal. Ada juga anak yang diberikan pengobatan yang tepat jika tingkat ADD atau ADHD yang mereka alami tinggi.
5. Lamban Belajar
Adalah anak yang sehat jasmani dan rohani tetapi lambat dalam menguasai suatu perkembangan. Mereka biasanya lambat memahami sesuatu, lambat memberikan pendapat, lambat menanggapi pertanyaan yang diajukan kepada mereka.
Mereka membutuhkan pengulangan berulang untuk sesuatu. Mereka mampu menyelesaikan tugas yang diberikan tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama. Mereka juga lamban dalam melakukan pekerjaan rutin seperti memakai baju atau memegang pensil untuk menulis sesuatu.
Secara sosial mereka cukup pendiam dan pemalu dan selalu merasa sulit untuk bekerja dalam kelompok. Mereka juga selalu kesepian, hal ini dikarenakan kepercayaan diri mereka yang sangat rendah sehingga mereka sulit untuk mendapatkan teman yang baik.
Solusi mengatasi masalah belajar siswa
Setelah mengetahui secara umum ciri-ciri anak berkesulitan belajar, sebaiknya guru menyarankan agar orang tua atau wali siswa yang terlibat membawa anaknya ke dokter agar dapat didiagnosis dengan benar.
Dari sini dokter akan merujuk ke dokter anak yang akan memberitahu apakah anak bisa mengikuti pendidikan mainstream atau perlu perawatan intensif sebagai siswa berkebutuhan khusus. Ini adalah hal yang sangat penting karena jika mereka dibiarkan dalam sistem yang tidak sesuai dengan mereka, mereka akan menghadapi masalah sampai mereka dewasa.
Ada juga siswa yang sudah teridentifikasi mengalami kesulitan belajar namun masih bisa belajar bersama dengan anak normal lainnya, hanya saja mereka perlu mengikuti beberapa terapi yang biasa dilakukan di rumah sakit.
Ada banyak tokoh dengan ketidakmampuan belajar yang dibahas di atas dan mereka yang terkenal di antara tokah yang menderita autisme adalah Albert Einstein, Isaac Newton, Charles Darwin dan Thomas Jefferson. Sedangkan tokoh ADHD adalah Thomas Edison, Nelson Rockerfeller dan Whoopi Goldberg.
Oleh karena itu, ketika kita mendeteksi masalah yang dihadapi siswa kita akan dapat membantu mereka dalam belajar dan menghadapi kehidupan yang sesuai.